JAKARTA – Hafizah
asal Palestina, Lama
Rami Abdel Mahsei Abuishah, mengucapkan terima kasih atas sambutan hangat
masyarakat Indonesia selama keikutsertaannya dalam Musabaqah Tilawatil Qur'an
(MTQ) Indonesia Internasional ke-4 di cabang lomba tahfiz. Delegasi asal
Yerusalem ini mengungkapkan pengalaman berharga serta tantangan dalam
perjalanan spiritualnya menghafal Alquran.
Sebelumnya, Menteri Agama
Nasaruddin Umar secara resmi membuka MTQ Internasional ke-4 yang
diikuti oleh 60 peserta delegasi dari 38 negara empat benua. Terdapat dua
cabang lomba utama yang dipertandingkan, yaitu Tilawah dan Tahfiz Alquran.
Sejak tiba di
Jakarta, Lama merasa takjub dengan keramahan panitia dan masyarakat Indonesia.
Ia juga menyampaikan apresiasi kepada pemerintah Indonesia serta seluruh pihak
yang terlibat dalam penyelenggaraan acara ini.
“Segala kebutuhan
kami diatur dengan sangat baik, mulai dari akomodasi hingga jadwal kegiatan.
Dukungan ini sangat berarti bagi kami,” ujar Lama Rami kepada wartawan di
Jakarta, dikutip, Sabtu (1/2/2025).
1. Dukungan Keluarga dan Komunitas
Lama Rami menuturkan bahwa dukungan keluarga serta komunitas Muslim di
Palestina menjadi kunci keberhasilannya dalam menghafal Alquran. Dalam situasi
yang penuh ketidakpastian, solidaritas ini memastikan generasi muda Palestina
tetap terhubung dengan nilai-nilai spiritual.
“Tanpa mereka, saya tak mungkin berdiri di sini,” ungkapnya.
Ia mulai menghafal
Alquran sejak kecil di Zeid bin Tabak Center, lembaga pendidikan yang berlokasi
di pelataran Masjid Al-Aqsa, Yerusalem. Pusat pendidikan ini memiliki program
khusus yang membantu menjaga hafalan santri, termasuk ujian berkala yang mengantarkannya
hingga ke kompetisi bergengsi ini.
“Keluarga dan
guru-guru saya adalah pilar utama yang memotivasi saya, selain tentunya
keikhlasan karena Allah,” tambahnya.
2. Menghafal Alquran
di Tengah Konflik
Selain menghadapi
tantangan dalam menghafal, Lama dan para hafiz di Palestina juga harus berjuang
menghadapi kondisi perang yang tidak menentu. Ia menegaskan bahwa Aquran
menjadi penopang moral di tengah konflik berkepanjangan.
“Terkadang
pendudukan membuat kami tidak dapat memasuki Masjid Al-Aqsa. Meski demikian,
Alquran tetap menjadi sumber harapan dan kekuatan bagi kami,” tegasnya.
3. Momen Bersejarah
Wakilkan Palestina
Bagi Lama Rami,
kompetisi ini adalah momen bersejarah dalam hidupnya. Ia merasa terharu bisa
mewakili Palestina di ajang yang mempertemukan peserta dari berbagai negara.
Lama Rami juga
menyebut acara ini sebagai bukti solidaritas global dalam mendukung generasi
muda Muslim di seluruh dunia.
“Ini salah satu
pengalaman terbaik dalam hidup saya. Saya bangga membawa identitas bangsa kami
di sini,” pungkasnya.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!